Eventbogor.com – Pemerintah China baru-baru ini memperketat aturan buat para influencer dan livestreamer. Sekarang, siapa pun yang mau bahas topik serius seperti kesehatan, hukum, keuangan, atau pendidikan wajib punya kualifikasi profesional—entah itu ijazah, sertifikat, atau lisensi resmi.
Kalau nekat bahas topik itu tanpa bukti keahlian, bisa-bisa kontennya dihapus, akunnya disuspensi, bahkan dapat denda sampai 100.000 yuan (sekitar Rp200 jutaan). Gila, kan?
Kenapa Aturan Ini Dikeluarkan?
Alasannya cukup masuk akal: terlalu banyak konten “serius” di internet yang ternyata dibuat oleh orang yang nggak punya keahlian di bidang itu. Misalnya tips investasi ngawur atau saran kesehatan yang salah—yang bisa bikin orang rugi atau bahkan bahaya. Jadi, pemerintah pengin pastiin konten yang tersebar itu lebih kredibel dan aman buat publik.
Platform Wajib Verifikasi Influencer
Platform besar seperti Douyin (TikTok versi China), Weibo, dan Bilibili sekarang punya tanggung jawab buat ngecek dan verifikasi kualifikasi para pembuat konten. Mereka harus pastiin kalau orang yang ngomongin topik profesional itu beneran punya dasar ilmunya, bukan asal bacot demi engagement.
Dampak Buat Influencer dan Penonton
- Buat influencer: wajib punya bukti kualifikasi sebelum bahas topik profesional. Kalau nggak, siap-siap dibatasi.
- Buat penonton: informasi yang diterima bisa lebih akurat dan bisa dipercaya. Tapi di sisi lain, topik yang bisa dibahas mungkin jadi lebih terbatas.
- Buat platform: kerjaan makin berat karena harus verifikasi data dan pantau konten setiap hari.
Ada yang Pro, Ada yang Kontra
Beberapa orang setuju karena aturan ini bisa bantu ngurangin penyebaran hoaks dan nasihat bodong. Tapi ada juga yang menganggap ini cara halus pemerintah buat ngontrol opini publik di dunia digital. Apalagi, aturan soal “kualifikasi relevan” masih agak kabur—nggak dijelasin secara detail gelar atau lisensi seperti apa yang diakui.