Eventbogor.com – Baru-baru ini muncul klaim yang bikin bangga sekaligus bikin kita mikir: Indonesia disebut sebagai negara paling sejahtera, bahkan disebut mengungguli Jepang dan Amerika Serikat — tapi tunggu, maksudnya gimana sih? Spoiler: bukan semua yang kita bayangkan soal “sejahtera” masuk hitungan.
Apa yang sebenarnya diukur?
Penelitian itu pakai konsep flourishing — bukan cuma duit dan GDP. Jadi mereka ngukur beberapa dimensi sekaligus, misalnya:
- Kesehatan fisik & mental
- Kepuasan hidup & kebahagiaan
- Rasa punya makna dan tujuan hidup
- Hubungan sosial dan komunitas
- Keamanan finansial (dalam arti subjektif)
Artinya: negara yang punya banyak orang merasa hidupnya bermakna, dekat sama keluarga/teman, dan puas dengan hidupnya — itu bisa dapat skor tinggi, walau ekonominya belum sehebat negara maju.
Mengalahkan Jepang & AS — Benarkah?
Dalam studi yang hanya memeriksa sejumlah negara tertentu, Indonesia memang muncul di puncak untuk indeks flourishing. Jepang dan AS malah relatif lebih rendah di beberapa dimensi seperti relasi sosial dan kepuasan batin. Tapi penting dicatat:
- Studi ini tidak mengukur semua negara di dunia — cuma sampel tertentu.
- “Lebih sejahtera” di sini fokus ke aspek non-material. Jepang dan AS masih unggul di infrastruktur, teknologi, dan ekonomi skala besar.
Mengapa Indonesia bisa unggul di beberapa aspek?
Beberapa alasan kenapa indeks ini mengunggulkan Indonesia antara lain:
- Kuatnya ikatan keluarga dan komunitas — masih banyak budaya gotong royong.
- Religiositas dan rasa makna hidup yang tinggi bagi banyak orang.
- Resiliensi sosial: orang cenderung saling bantu di situasi sulit, yang meningkatkan rasa kesejahteraan subjektif.
Jangan keliru: ini bukan bukti bahwa semua masalah sudah beres
Walaupun skor flourishing bisa bikin bangga, realitas struktural tetap ada: kemiskinan, ketimpangan layanan kesehatan & pendidikan, dan infrastruktur yang belum merata — semua itu gak hilang cuma karena indeks subjektif tinggi.